Email untuk e-commerce adalah salah satu alat paling kuat untuk meningkatkan konversi penjualan online. Dengan strategi yang tepat, email bisa menjadi senjata ampuh untuk menarik pelanggan, membangun loyalitas, dan mendorong pembelian. Tapi, banyak pebisnis online masih belum memanfaatkannya secara optimal. Mulai dari konten yang kurang menarik, waktu pengiriman yang tidak tepat, hingga personalisasi yang kurang maksimal. Artikel ini akan membahas cara memaksimalkan email marketing agar lebih efektif mendongkrak penjualan. Simak tips dan triknya agar bisnis online Anda bisa lebih berkembang!
Baca Juga: KPI Pemasaran UMKM Efektif dan Pengukuran Akuisisi
Strategi Email Marketing untuk E-Commerce
Email marketing masih jadi salah satu cara terbaik untuk meningkatkan penjualan online. Tapi, asal kirim saja nggak cukup—perlu strategi yang tepat. Pertama, segmentasi audiens itu wajib. Bagi pelanggan berdasarkan perilaku belanja, minat, atau demografi. Tools seperti Mailchimp atau Klaviyo bisa bantu otomatisasi ini.
Kedua, personalisasi bukan cuma nama. Gunakan data pembelian sebelumnya untuk rekomendasi produk. Misal, jika pelanggan beli sepatu, kirim email follow-up dengan aksesori yang cocok. Studi dari HubSpot menunjukkan, email yang dipersonalisasi meningkatkan engagement hingga 50%.
Jangan lupa timing pengiriman. Kirim email saat pelanggan paling aktif—biasanya pagi atau malam. Tools seperti Omnisend punya fitur optimasi waktu otomatis.
Subject line yang menarik juga krusial. Hindari yang terlalu spammy, misal "Diskon Gila-gilaan!". Lebih baik gunakan kalimat yang memicu rasa penasaran, seperti "Ini yang kamu lewatkan di keranjangmu".
Terakhir, A/B testing wajib dilakukan. Coba bedakan konten, CTA, atau gambar untuk lihat mana yang lebih efektif. Data dari Campaign Monitor membuktikan, bisnis yang rutin A/B testing dapat peningkatan konversi signifikan.
Intinya, email marketing untuk e-commerce harus tepat sasaran, personal, dan diukur terus performanya. Kalau nggak, ya cuma jadi sampah di inbox pelanggan.
Baca Juga: Cara Mengirim Pesan Personal untuk Kampanye Email Efektif
Cara Meningkatkan Konversi dengan Email
Kalau email marketingmu nggak menghasilkan penjualan, mungkin ada yang salah dari strateginya. Pertama, CTA (Call-to-Action) harus jelas dan mencolok. Jangan sembunyikan tombol "Beli Sekarang" di antara teks panjang. Gunakan warna kontras dan letakkan di tempat yang mudah dilihat. Contoh studi dari Nielsen Norman Group membuktikan, CTA yang terlihat meningkatkan klik hingga 42%.
Kedua, pakai urgency dan scarcity. Tapi jangan asal bilang "Diskon terbatas!". Lebih spesifik, misal: "Hanya 5 stok tersisa—klaim sebelum kehabisan!". Tools seperti Scarcity bisa bikin countdown timer di email biar lebih meyakinkan.
Optimasi untuk mobile juga wajib. Lebih dari 60% email dibuka lewat HP (Litmus), jadi pastikan desain responsif dan tombol gampang diklik.
Jangan lupa email abandoned cart. Pelanggan yang ninggalin keranjang punya potensi konversi tinggi. Kirim reminder dalam 1-3 jam dengan gambar produk + diskon tambahan kalau perlu. Data SaleCycle menunjukkan, email ini bisa recover 10-15% penjualan yang hilang.
Terakhir, ukur dan analisis. Pantau metrik seperti open rate, CTR, dan conversion rate pakai tools seperti Google Analytics. Kalau ada email yang performanya jelek, segera revisi konten atau strategi pengirimannya.
Intinya, konversi dari email nggak datang sendiri. Butuh trik psikologis, desain yang tepat, dan analisis data terus-menerus.
Baca Juga: Cara Efektif Melakukan Uji AB untuk Segmentasi Email
Contoh Email yang Menarik Pelanggan
Email yang bikin pelanggan klik bukan cuma soal diskon—tapi juga cerita dan relevansi. Berikut contoh nyata yang bisa dicontoh:
- Email "Produk yang Kamu Lupakan" Contoh: "Nih, tas favoritmu masih nunggu di keranjang—diskon 15% kalau checkout dalam 24 jam!" Tambahkan gambar produk + tombol CTA besar. Riset Barilliance menunjukkan, email abandoned cart dengan gambar produk meningkatkan konversi 2x lipat.
- Email "Member Exclusive" Contoh: "Special buat kamu! Akses early sale dan diskon 20% sebelum publik." Beri kode unik atau link khusus. Menurut Experian, email eksklusif untuk member punya open rate 50% lebih tinggi.
- Email "Storytelling" Contoh: "Bagaimana sepatu ini dibuat dengan bahan daur ulang—dan kenapa kamu akan jatuh cinta." Gabungkan testimoni + video singkat. Studi Wistia membuktikan, email dengan video meningkatkan CTR hingga 300%.
- Email "Flash Sale Countdown" Contoh: "Diskon 40% HARI INI SAJA—jam sudah mulai berjalan!" Pakai timer live dari Tockify atau embed GIF yang dinamis.
- Email "UGC (User-Generated Content)" Contoh: "Lihat bagaimana pelanggan lain memakai produk ini!" Tampilkan foto customer pakai produkmu. Data Yotpo menunjukkan, email dengan UGC meningkatkan trust dan konversi.
Kuncinya: Jangan cuma jualan, tapi beri nilai lebih—entah lewat cerita, eksklusivitas, atau bukti sosial. Pelanggan sekarang pintar, mereka bisa bedakan mana email yang asli peduli dan yang cuma mau jualan.
Baca Juga: Promo Flash Sale Dengan Diskon Terbatas Besar
Optimasi Email untuk Penjualan Online
Kalau emailmu masih sepi konversi, mungkin belum dioptimasi dengan benar. Berikut cara bikin emailmu lebih tajam:
- Subject Line yang Nendang Hindari yang generik kayak "Promo Spesial!". Ganti dengan yang provokatif: "Masih mau bayar full? Diskon 30% cuma 24 jam!". Tools seperti SubjectLine.com bisa bantu analisis kekuatan subject line.
- Preheader Text yang Mencuri Perhatian Ini teks kecil di bawah subject line. Jangan dibuang percuma! Contoh: "Kode Voucher udah siap—klaim sekarang sebelum kehabisan." Litmus bilang, 35% pelanggan buka email karena preheader yang menarik.
- Desain Minimalis, Bukan Pamer Semua Produk Fokus ke 1-2 produk utama dengan gambar HD + CTA besar. Studi HubSpot membuktikan, email sederhana dengan satu CTA jelas naikkan konversi 42%.
- Personalisasi Level Expert Jangan cuma "Hai [Nama]". Pakai data perilaku: "Kamu suka skincare? Ini rekomendasi khusus untuk jenis kulitmu." Segment bisa bantu otomatisasi personalisasi berbasis data.
- Waktu Pengiriman yang Tepat Kirim pas pelanggan lagi aktif. Umumnya Selasa-Jumat jam 10-11 pagi atau 7-9 malam (data GetResponse). Tapi uji sendiri, karena tiap audiens beda.
-
Test, Ukur, Ulangi
A/B test semua elemen:
- Versi A: Tombol merah "BELI SEKARANG"
- Versi B: Tombol hijau "DAPATKAN DISKON" Tools seperti Mailchimp A/B Testing bisa otomatiskan proses ini.
- Optimasi Kecepatan Load Email yang berat bikin dibuang sebelum dibuka. Cek performa dengan Email on Acid. Idealnya, load di bawah 3 detik.
- Dynamic Content
Pakai fitur dynamic content untuk menyesuaikan:
- Lokasi (contoh: "Event Jakarta – diskon khusus hari ini!")
- Jenis kelamin (rekomendasi produk berbeda untuk pria/wanita)
- Personalized Send Time Kirim email pas pelanggan paling aktif. Tools seperti SendTime Optimization otomatis kirim di waktu terbaik untuk tiap penerima.
- UGC Personalization Tampilkan foto pelanggan lain yang mirip demografinya: "Lisa (25, Jakarta) kasih rating 5 bintang untuk dress ini!"
- Anniversary/Birthday Triggers Otomatisasi email ucapan ulang tahun + voucher spesial. Data Experian menunjukkan, birthday emails punya conversion rate 481% lebih tinggi!
- Exit-Intent Personalization Pelanggan mau unsubscribe? Tawarkan opsi lain: "Mau kurangi email? Kamu bisa pilih hanya dapat promo bulanan."
Bonus: Sertakan Social Proof Tambahkan badge "1.234 orang beli produk ini bulan lalu" atau bintang rating. Studi Spiegel Research Center menunjukkan, testimoni bisa naikkan konversi sampai 270%.
Intinya, optimasi email itu kayak nge-tune motor—sedikit adjustment bisa bikin performa melesat. Jangan cuma kirim, tapi kirim dengan strategi.
Baca Juga: Cara Proteksi Keamanan Data untuk Sistem Data Aman
Tips Personalisasi Email E-Commerce
Personaliasi email bukan sekadar menyebut nama pelanggan – itu baru level dasar. Kalau mau benar-benar meningkatkan engagement, lakukan strategi ini:
- Leverage Purchase History Contoh: "Kamu beli sneaker bulan lalu – cocok nih sama kaos limited edition ini!" Tools seperti Klaviyo bisa otomatiskan rekomendasi produk berdasarkan riwayat belanja.
- Segmentasi Berdasarkan Perilaku
- Pelanggan yang sering buka email tapi nggak klik? Kirim versi berbeda dengan subject line lebih provokatif.
- Yang udah lama nggak beli? Kasih email win-back dengan judul "Kami kangen kamu! Nih diskon 25% khusus buat kamu."
Pro tip: Jangan over-personalize sampai creepy. Hindari kata-kata seperti "Kami tahu kamu tinggal di Jl. Mangga No. 5" – itu bukan personalisasi, tapi mengintip!
Tools wajib:
- Klaviyo untuk otomatisasi canggih
- Optimizely untuk testing personalisasi
- Zuko Analytics untuk track form behavior
Personaliasi yang bener bisa naikkan revenue sampai 760% (DMA UK). Tapi ingat – data harus akurat. Nggak lucu kan ngasih diskon baby gear ke pelanggan yang umurnya 70 tahun?
Baca Juga: Strategi Efektif Otomasi Pemasaran Bisnis Anda
Mengukur Efektivitas Email Marketing
Kalau nggak diukur, email marketingmu cuma kerja keras tanpa arah. Ini metrik kunci yang wajib dipantau:
- Open Rate (30-40% itu standar decent)
Rendah? Cek:
- Subject line kurang menarik
- Waktu pengiriman salah
- Masuk folder spam (test dengan Mail-Tester)
- CTR (Click-Through Rate)
Idealnya 2-5%. Kalau di bawah:
- CTA kurang jelas
- Konten nggak relevan
- Desain berantakan (cek heatmap dengan EmailAnalytics)
- Conversion Rate (Bintang Utama) Berapa persen yang klik lalu beli? Pakai Google Analytics UTM untuk tracking akurat. Standar e-commerce: 1-3%.
- Revenue Per Email Hitung: (Total penjualan dari email) ÷ (Jumlah email terkirim). Tools seperti Klaviyo otomatis hitung ini.
-
Unsubscribe Rate
Normalnya <0.5%. Kalau tinggi:
- Terlalu sering kirim
- Konten nggak relevan
- Janji diskon palsu
- Spam Complaint Rate Harus <0.1%. Kena spam? Risiko inbox terblokir.
- ROI (Return on Investment) Hitung: (Profit dari email – Biaya campaign) ÷ Biaya campaign × 100. ROI email marketing rata-rata $42 untuk tiap $1 yang dikeluarkan (DMA).
Tools Wajib:
- Mailchimp Analytics untuk metrik dasar
- Hotjar untuk lihat behavior setelah klik
- Google Data Studio buat laporan visual
Pro Tip: Jangan cuma lihat angka, tapi cerita di baliknya. Contoh:
- Open rate tinggi tapi conversion rendah? Mungkin subject line clickbait tapi konten mengecewakan.
- CTR bagus tapi revenue rendah? Mungkin landing page bermasalah.
Data tanpa action = sampah. Setiap bulan, pilih 1 metrik untuk ditingkatkan dan eksperimen.
Baca Juga: Memaksimalkan Promosi dengan SMM Panel Termurah
Kesalahan Umum dalam Email E-Commerce
Banyak brand e-commerce ngirim email asal-asalan, terus heran kenapa nggak ada yang beli. Hindari 7 blunder ini:
- Spamming Discount Terlalu sering kasih diskon bikin pelanggan nunggu promo terus. Data RetailMeNot menunjukkan 60% konsumen sengaja nunda beli kalau tahu bakal ada diskon lebih gede.
- Mobile Unfriendly Email yang nge-load lama atau tombol kecil-kecil bikin 70% pelanggan langsung delete (Litmus). Test tampilan mobile pake Email on Acid sebelum kirim.
- CTA yang Bikin Pusing Tombol "Beli Sekarang" disembunyiin di antara 5 link lain. Studi NNGroup membuktikan CTA ideal harus visible dalam 3 detik tanpa scroll.
- Personalization Fail Salah data sampai nulis "Selamat ulang tahun, [Nama]!" padahal itu email reset password. Tools seperti Clearbit bisa bantu verifikasi data pelanggan.
- Subject Line Spammy Kata-kata kayak "GRATIS!!!", "BURUAN!!" langsung dicap spam sama Gmail. Cek skor spam pake SubjectLine.com.
- Ngejar Kuantitas Bukan Kualitas Kirim 10 email seminggu isi konten copas. Hasilnya? Unsubscribe rate naik 300% (Campaign Monitor).
- Lupa Test Sebelum Kirim Link mati, gambar nggak ke-load, atau typo di subject line. Always do the 3-point check:
- Preview text
- All links
- Spam score
Bonus: Mengabaikan A/B Testing Hanya 17% marketer e-commerce yang rutin A/B test email mereka (HubSpot), padahal ini cara termurah untuk naikkan konversi.
Yang paling parah? Nggak ada unsubscribe button yang mudah. Ini nggak cuma bikin jengkel, tapi juga melanggar GDPR. Pakai tools seperti Mailchimp yang otomatis sediain opsi unsubscribe sesuai regulasi.
Ingat: Setiap email yang gagal = reputasi brand yang terkikis. Lebih baik kirim sedikit tapi impactful daripada banjirin inbox pelanggan dengan email sampah.

Email marketing tetap jadi senjata ampuh untuk mendongkrak konversi penjualan online, tapi hanya jika dilakukan dengan strategi yang tepat. Mulai dari personalisasi, timing pengiriman, hingga analisis data – semuanya harus dipikirkan matang. Hindari kesalahan dasar seperti spam diskon atau desain yang berantakan. Ingat, tiap email adalah representasi brandmu. Fokus pada kualitas konten dan pengalaman pelanggan, bukan sekadar jumlah email yang dikirim. Kalau dioptimasi dengan benar, email bisa jadi mesin penjualan yang konsisten untuk bisnis online-mu.