Konten:
Video selling kini jadi senjata ampuh buat jualan produk secara visual. Bedanya dengan iklan biasa? Teknik ini lebih personal dan bercerita, biar calon pembeli merasa terhubung. Nggak cuma tunjukin produk aja, tapi kamu juga bisa kasih alasan kenapa mereka harus beli. Storytelling dalam video selling bisa dikemas dengan gaya humor, drama, atau bahkan tips sehari-hari—asal sesuai sama target audiens. Enggak harus pakai alat mahal, modal hp dan ide kreatif aja udah cukup buat mulai. Yang penting, fokus pada nilai manfaat produk dan jangan terlalu salesy biar nggak bikin ilfeel. Mau langsung coba atau masih mikir-mikir? Ini saatnya eksperimen!
Baca Juga: Strategi Penjualan Email Marketing Yang Efektif
Apa Itu Video Selling dan Manfaatnya
Konten:
Video selling itu dasarnya adalah teknik promosi produk atau jasa lewat video yang dirancang khusus buat narik perhatian dan akhirnya menggerakkan audiens buat beli. Beda sama iklan biasa, biasanya video ini lebih pendek, padat, dan langsung ke inti cerita—entah itu lewat storytelling, demo produk, atau testimonial.
Manfaatnya nggak main-main. Pertama, engagement-nya jauh lebih tinggi karena orang lebih suka nonton daripada baca teks panjang. Menurut HubSpot, video di landing page bisa meningkatkan konversi sampai 80%. Kedua, video menciptakan ikatan emosional yang lebih kuat. Misalnya, kamu bisa tunjukin bagaimana produk dipakai dalam kehidupan sehari-hari, bukan cuma sekadar list fitur.
Ketiga, video selling memperjelas value produk dalam hitungan detik. Contoh: alih-alih jelasin panjang lebar tentang keunggulan blender, tunjukin langsung buah hancur dalam 10 detik—more impactful. Terakhir, video bisa dipakai di semua platform, mulai dari Instagram Reels, TikTok, sampai website. Bahkan algoritma medsos sekarang lebih mendorong konten video daripada gambar atau teks.
Nggak harus ribet juga! Kamu bisa mulai dengan modal smartphone dan lighting sederhana. Yang penting: pesan jelas, durasi pendek, dan ajakan buat action di akhir video. Jadi, sudah siap bikin video jualan pertama?
Baca Juga: Strategi Posting Instagram untuk Konten Media Sosial
Cara Membangun Storytelling yang Menarik
Konten:
Storytelling di video selling itu kuncinya adalah bikin audiens ngerasa “ini urusan gue juga”. Nggak sekadar cerita produk, tapi bikin mereka emotionally invested. Caranya? Mulai dari struktur dasar storytelling: ada problem, struggle, dan solution—dengan produk kamu jadi hero-nya.
1. Kenali audiens loe Gimana ceritanya bakal nyambung kalau nggak tau siapa yang nonton? Riset dulu pain points mereka. Misalnya, buat produk skincare, jangan cuma bilang “kulit jadi halus”, tapi tunjukin perjalanan orang yang jerawatan dan pede lagi setelah pakai produk loe.
2. Buat hook di 3 detik pertama Menurut Youtube Creators, 70% penonton memutuskan stay atau nggak dalam hitungan detik. Contoh: langsung tunjukin “Gue dulu sering ditolak interview gara-gara baju nggak rapi…” daripada mulai dengan, “Halo, ini produk kita…”
3. Visual > Teks Otak manusia lebih cepet nangkap gambar daripada narasi. Alih-alih bilang “Kopi kita nikmat banget”, mending tunjukin close-up biji kopi digiling dan espresso mengalir dengan slow motion—plus efek suara “slurp” buat trigger imajinasi.
4. Kasih conflict kecil Cerita flat = boring. Contoh: “Waktu itu gue hampir cancel meeting penting gara-gara laptop ngelag… TAPI, ternyata…”—ini bikin penonton penasaran dan tetap engaged.
5. Panggilan aksi yang spesifik Jangan cuma “Beli sekarang!” tapi beri alasan urgent: “Diskon 50% cuma 24 jam, buat loe yang nggak mau ketinggalan…”
Pro tip: Rekam versi ngobrol kayak lagi chat dengan teman. Semakin natural delivery-nya, semakin relatable ceritanya. Mau contoh konkret? Cek TokoSeeder di Instagram—mereka jago banget bikin produk jadi bagian dari cerita lucu sehari-hari!
Baca Juga: Teknik Copywriting Persuasif untuk Meningkatkan Penjualan
Teknik Visual untuk Meningkatkan Konversi
Konten:
Visual di video selling nggak cuma buat pemanis—tapi senjata utama buat ngubah penonton jadi pembeli. Berikut teknik killer yang sering dipake pro:
1. Rule of Thirds Jangan taruh objek di tengah frame, tapi bagi layar jadi 9 kotak imajiner (hasil grid kamera) dan tempatkan produk di titik perpotongan garis. Ini bikin komposisi lebih dinamis. Mau contoh? Instagram Reels bisnis kuliner selalu pakai teknik ini biar makanan keliatan "hidup".
2. Warna yang Provokatif Menurut Nielsen Norman Group, warna tertentu bisa ningkatin engagement sampai 24%. Misal: merah buat urgency (diskon), hijau untuk natural/organik, biru untuk kepercayaan. Pastikan palet warna di video match dengan branding loe.
3. Slow Motion & Close-Up Tunjukkan detil produk dengan extreme close-up: tekstur kain, uap dari kopi panas, atau tetesan minyak di wajah. Slow-mo (60fps ke atas) bikin momen biasa jadi cinematic—lihat smoothest B-roll tutorial.
4. Before-After tanpa Kata Gunakan split screen: sebelah kiri "kulit kusam", sebelah kanan "kulit glowing setelah 7 hari". Visual langsung lebih meyakinkan daripada klaim verbal.
5. Gerakan Kamera Tracking shot (ikuti produk bergerak), tilt (dari bawah ke atas biar keliatan heroic), atau Dutch angle buat bikin suasana intens. Ada budget sedikit? Gimbal stabilizer bisa jadi investasi.
6. Typography Motion Teks muncul dengan efek yang sync sama narasi—misal kata "DISKON" meledak diiringi suara pop. Tools seperti Canva Video atau After Effects bisa bikin ini cuma modal drag-drop.
Contoh nyata? Lihat video selling fashion Zalora—mereka selalu pakai 3 teknik di atas sekaligus dalam 15 detik. Hasilnya? Scroll berhenti, klik langsung jalan!
Hard truth: Di platform medsos sekarang, 90% keputusan beli diawali dari visual yg nempel di otak. Jadi, jangan underestimate power of "show, don’t tell".
Baca Juga: CCTV 360 Derajat Solusi Pengawasan Luas
Alat yang Dibutuhkan untuk Video Selling
Konten:
Kabar baik: loe nggak perlu punya gear mahal buat bikin video selling keren. Tapi ada beberapa alat wajib buat memastikan kualitas video loe nggak keliatan amatir.
1. Smartphone dengan Kamera Bagus iPhone atau HP Android flagship emang oke, tapi HP mid-range pun sekarang udah cukup. Pastikan setting kamera di 1080p/4K 30fps dan matikan auto-brightness biar konsisten.
2. Lighting Sederhana Softbox atau ring light (Rp300-500rb) bikin wajah dan produk keliatan rata cahayanya. Nggak punya budget? Manfaatin natural light di dekat jendela plus reflektor aluminium foil buat fill-in shadow.
3. Mikrofon Eksternal Audio buruk = video auto skip. Mikrofon clip-on seperti Boya BY-M1 (Rp500rb) atau shotgun Rode VideoMic udah cukup buat hilangin noise. Mau yang lebih murah? Pakai wired earphone mic sambil dekatin ke mulut.
4. Tripod atau Gimbal Stabilizer Jangan rekam tangan kosong—hasilnya bakal shaky. Tripod kecil (Rp200rb) atau gimbal Zhiyun Smooth 5 (Rp2jt) bakal bikin footage lebih profesional.
5. Teleprompter Portabel Supaya loe nggak lupa script, pakai teleprompter murah merk Glide Gear (Rp1,5jt) atau apps free seperti PromptSmart di iPad.
6. Software Editing Mulai dari yang gratis: CapCut (mobile), DaVinci Resolve (PC/Mac), sampai berbayar kayak Adobe Premiere Pro atau Final Cut Pro.
7. Subscription Stock Asset Butuh musik tanpa copyright? Lofi Girl di YouTube atau Epidemic Sound bisa jadi pilihan. Grafis gerak? Coba Envato Elements.
Hot Tip: Jangan terjebak beli alat dulu sebelum skill dasar loe oke. Banyak video selling viral cuma pakai HP + tripod + decent storytelling. Lihat studi kasus Tokopedia yang sukses bikin iklan sederhana tapi efektif.
Bonus alat low-budget:
- Lampu LED RGB (buat mood lighting)
- Mist spray (biar produk keliatan fresh)
- Whiteboard (buat visual explainer).
Nih bocoran: alat di atas semuanya udah dipake sama konten kreator Marketee buat bikin video jualan rapat tapi tetep high-value.
Baca Juga: Tips Meningkatkan Engagement TikTok Organik
Contoh Video Selling yang Sukses
Konten:
Beberapa brand udah ngehack video selling dengan cara kreatif sampai mereka dapat jutaan views sekaligus konversi tinggi. Ini contoh nyata yang bisa loe tiru struktur atau ide-nya:
1. Tokopedia: "Selalu Ada Selalu Bisa" Video mereka selalu story-driven dengan plot twist emosional. Contoh Iklan Ramadhan 2021, di mana protagonist balik kampung ketemu orang tua lewat bantuan Tokopedia. Kunci suksesnya? Slice-of-life storytelling yang relate sama budaya lokal.
2. Bite Beauty: "5-Second Demo" Brand makeup ini viral di TikTok karena short video mereka tunjukin lipstick nyempurnain bibir dalam 5 detik—no talking, cuma close-up dan ASMR sound. Lihat contohnya di sini.
3. KFC (Video Selling ala OCBC NISP) Yang ini nggak jual ayam, tapi credit card. Cara mereka fun banget: sisipin comedy skit tentang life hassle terus tunjukin solusinya pakai kartu mereka. Casual, tapi selling point-nya nempel di otak.
4. BlendJet: "Before-After Blending" Mereka sukses di Instagram Reels dengan video 15 detik bandingin blender biasa vs BlendJet yang portable. Hasil? Dibeli 5 juta unit dalam 3 tahun!
5. The Farmer’s Dog (Pet Food) Brand makanan anjing ini bikin video documentary-style tunjukin proses produksi alami dari farm ke bowl. Story-nya emotional banget—tunjukkan bukan ceritakan.
Analisis Pola Sukses:
- Dibawah 30 detik (buat social media)
- Hero Shot produk di detik 5-10 (jangan terlalu intro)
- CAS (Clear, Authentic, Simple)
Tip Terakhir: Coba reverse-engineer video jualan brand favorit loe. Pause tiap 2 detik, catat:
- Apa hook-nya?
- Kapan produk muncul?
- CTA-nya dimana?
Contoh kecil: Lihat UMKM lokal @GorenganCrispy yang jago banget manfaatin IG Stories buat jualan via video behind-the-counter. Modal HP aja, konversi gila-gilaan!*
Baca Juga: Strategi Efektif Kolaborasi dengan Influencer
Kesalahan Umum dalam Video Selling
Konten:
Kebanyakan video selling gagal bukan karena kurang budget, tapi karena ngulang kesalahan klasik yang sebenernya gampang dihindari. Ini daftar blunder paling sering terjadi:
1. Tebang Pilih – No Target Audience Video loe ngomong ke semua orang = nembak nggak jelas sasaran. Akibatnya? Engagement rendah. Contoh: Jangan bikin video kulit anti-aging pakai bahasa kekinian kaya Gen Z kalau target market loe ibu-ibu 40+.
2. Durasi Kebanyakan Ngimpi Menurut Wistia, audiens mulai ilfeel setelah 2 menit kalau nggak ada alur yang bikin penasaran. Solusi? Potong nggak usah sungkan—bahkan 15 detik bisa efektif kalau hook-nya strong (contoh: TikTok Shop).
3. Sell First, Story Zero Mulai video langsung "Beli produk gue!" itu gangbang telinga. Audiens butuh alasan buat care. Lihat perbedaan engagement iklan soft-selling ala Sariayu vs hard-selling random brand.
4. Lighting & Sound Amatir Produk mahal tapi shot pakai lampu kuning + audio bergema? Auto dianggap scam. Riset dasar setup lighting di sini.
5. No Call-to-Action (CTA) Video berakhir tanpa ajakan jelas? Buang-buat waktu. CTA harus spesifik: "Klik link di bio", "DM ‘INFO’", atau "Gunakan kode ‘BAYAR50’".
6. Salah Platform Posting video horizontal di Instagram Stories? Kebanyakan text di TikTok? Format harus disesuaikan.
7. Nunjukin Fitur Bukan Manfaat "Baterai 4000mAh!" << "Nganggur seharan nggak perlu colok!". Audiens tidak peduli spek—tapi how it solves their problem.
Kasus Nyata:
- Sebrand skincare recycle video lama tanpa improvisasi—hasilnya dropped 70% views.
- UMKM kopi pakai filter merah bikin biji kopi keliatan karet bakar—konversi anjlok.
Fix It: Rekam versi pendek 3-5 variasi script/demo, tes di IG Reels atau TikTok dulu, lalu scale yang engament-nya tinggi.
Remember: Video selling itu bukan iklan TV tahun 90an—harus adaptif, authentic, dan fast-paced!
Baca Juga: Cara Monetisasi Blog dengan AdSense Tanpa Ribet
Tips Praktis Meningkatkan Engagement
Konten:
Engangement di video selling nggak cuma soal likes—tapi how long people stay dan apa action mereka setelah nonton. Ini tips based on data yang bakal bikin konten loe maksa penonton bertahan sampai akhir:
1. Bombardir dengan 3 Detik Pertama Contoh hook terbukti:
- "Kamu pernah nggak…" (problem)
- Statistik mengejutkan ("82% orang nggak sadar…")
- Close-up ekspresi wajah dramatis
2. Pattern Interrupt Ganti angle/shot tiap 2–3 detik—otak auto ngerasain "new stimulus" dan enggak sempat bosan. Contoh: Lihat video @JerinxSID yang loncat-loncat dari talking head ke B-roll produk terus balik lagi.
3. Ajakan Interaktif Suruh penonton:
- "Comment ‘GUE’ kalau pernah…"
- "Pause video ini dan liat…"
- Tes hidung atau mulut dulu? (skincare demo)
4. Bait Viewers dengan Bagian ‘Nanti’ "Tunggu sampai 0:50 buat liat hasil akhir!" Ini trik retention dari MrBeast.
5. Kolaborasi dengan UGC Repost video testimonial customer (dengan izin) + tag mereka—auto dapat reach dari followers mereka.
6. Timing CTA CTA nggak cuma di akhir—selipin di 25% & 75% video:
- "Follow dulu biar nggak ketinggalan"
- "Link diskon di bio udah aktif!"
7. Potong Versi Pendek untuk Retargeting Ambil 15 detik paling juara dari video utama, boost sebagai ads di IG/FB.
Tools Gratis:
- CapCut Template (trending hooks)
- Poll IG Stories (suruh milih warna produk)
- Youtube Chapters (biar audience skip ke bagian relevan)
Contoh Brand Lokal Yang Jago:
- @Bubble.beauty – Casual Q&A sambil demo makeup
- @AlpukatRiza – Hijack trending sound buat jualan dessert.
Warning: Engagement tinggi tapi zero sales? Revisi hook—pastikan 5 detik pertama tunjukin produk & masalah yang diatasi. Kalau nggak, loe cuma hibur mereka tanpa konversi.
Remember: "Tonton sampai habis" bukan tujuan akhir—tapi langkah pertama buat dorong mereka beli.
Konten:

Jadi, video selling yang beneran nendang itu bukan cuma soal produk bagus atau efek keren—tapi gimana loe bikin storytelling yang bikin orang ngerasa, "Gue butuh ini!". Mulai dari hook tajam, visual yang memukau, sampai CTA yang jelas, semuanya harus disusun kayak cerita seru yang enggak mau dilewatin. Nggak perlu langsung perfect; yang penting eksperimen dan terus belajar dari respons audiens. Sekarang tinggal action: apa cerita unik dari produk loe yang bisa bikin orang klik beli tanpa mikir dua kali? Waktunya nyoba!










